BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 15 Juni 2009

Kick Andy, Sabet Penghargaan Talkshow Terfavorit

JAKARTA--MI: Program acara Kick Andy yang tayang di Metro TV meraih penghargaan dalam ajang Panasonic Awards ke 12 yang digelar di XXI ballroom Jakarta Teater, Jumat (27/3) malam. Program yang dibawakan oleh Andy F Noya itu berhasil meraih penghargaan untuk kategori program talkshow terfavorit.

Acara penghagaan itu sendiri dihadiri ratusan artis dan insan pertelevisian. Termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu, dan beberapa pejabat pemerintahan lainnya.

Di kategori program talkshow terbaik itu, tayangan Kick Andy bersaing dengan beberapa program mata acara lainnya, yakni Debat (TV One), Topik Minggu Ini (SCTV), Apa Kabar Indonesia Malam (TV One), serta Cover Story (TV One).

Dalam penyelenggaraan ke 12, kali ini selain mengambil tema 'Mahakarya Anak Bangsa', Panasonic Award 2009 tidak lagi terpaku pada kualitas program dan rating saja, tetapi juga mengambil penilaian dari popularitas program televisi tersebut.

Panasonic Awards diselenggarakan sejak 1997, untuk memberikan penghargaan bagi program dan insan pertelevisian berdasarkan popularitas program.

Ukuran popularitas itu sendiri dilakukan AGB Nielsen Media Research, sebuah lembaga pemantau rating terhadap acara yang disiarkan berbagai televisi di Indonesia.

Selain AGB Nilesen, penyelenggaraan Panasonic Awards juga dilengkapi dengan tim verifikasi, yang bertugas memilah-milah dan memasukkan program sesuai kategori penghargaan.

Tim verifikasi beranggotakan Wisnutama dari Trans TV, Yeni P. Anshar dan Rosiana Silalahi (SCTV), Nana Putra (TPI), Manoj Punjabi (MD Entertainment), Irfan Ramli (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), Idi Subandi (Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Komunikasi UI dan pemerhati budaya), dan aktor Anjasmara.

Tim tersebut akan menentukan lima program teratas dalam setiap kategori sebagai nominasi, yang kemudian diumumkan kepada masyarakat untuk kepentingan polling. Tabulasi hasil polling dilakukan oleh Auditor Independent, dalam hal ini dipercayakan kepada BDO Tanubrata. (Eri/OL-03)

10 Program TV Terfavorit

Tidak bisa dipungkiri acara televisi merupakan sarana termurah untuk mendapatkan hiburan dan informasi. Karena sejak di hapusnya pajak siaran televisi otomatis pemirsa tidak perlu membayar apapun jika hendak menikmati siaran televisi. Perubahan program acara televisipun berganti sesuai keinginan pemirsa, pernah sekali waktu ada jamannya telenovela, dilanjutkan dengan era film india, sinetron ABG dengan sistem kejar tayang, reality show bertema cinta ataupun horor dan yang tidak ada habis habisnya berita dari acara infotainment.

Sayapun coba mendaftar apa saja yang menjadi acara televisi favorit dan berdasarkan hasil dari lembaga tidak terpercaya "david niellsen" inilah urutannya:
METRO SPORT - Metro TV, setiap hari - pukul 11 malam

Walaupun kegiatan olah raga yang saya lakukan jauh berkurang secara kualitas dan kuantitas namun dengan menonton acara ini seperti membangkitkan semangat untuk berolah raga kembali secara rutin dan yang terpenting saya tidak ketinggalan informasi sepakbola liga inggris.
Empat Mata - Trans 7 , senin - Jumat pukul 9.30 malam

Walaupun intensitas frekwensi menontonnya tidak seperti dulu namun saya harus akui acara ini masih memiliki daya pikat terutama dari segi "kekonyolan" yang terkadang tidak berarti namun dapat membuat saya tertawa. Ditambah dengan konsep kreatif yang selalu dijaga sebagai contoh dalam minggu ini saja selalu ada band yang tidak hanya menjadi bintang tamu tapi juga membawakan beberapa lagu (biaya tambahan untuk band agar dapat menjaga rating? Maybe yes maybe no)
Bioskop Trans Tv - Trans Tv, setiap hari - pukul 9 malam / 11 malam

Film yang ditayangkan bervariasi dan juga bertema setiap minggu / bulannya dan jam tayang yang sangat tepat. Box office at my home.
Headline News - Metro TV, setiap jam / hari nya

Singkat, padat dan aktual
Reportase - Trans TV, setiap hari: pagi, sore, malam

Walaupun news anchor yang terbilang "ngetop" berada distasiun stasiun TV lain, namun penayangan berita dari reportase cukup berbeda. Narasi, pengambilan gambar, keadaan studio sampai wardrobe tidak terkesan "kuno" dan benar benar berbeda menurut saya.
OPRAH - Metro TV, setiap hari - pukul 10 pagi

Walaupun agak sulit untuk menonton acara ini karena jam tayangnya tapi sangat saya butuhkan karena informasi yang disajikan beragam dan bisa menambah wawasan.
Supermama seleb show / concert - INDOSIAR, Selasa, Rabu dan Kamis: pukul 6 - 12 malam

Cukup menarik karena persertanya yang selebriti tapi bukan penyanyi namun kualitasnya tidak kalah juga dari penyanyi asli. Walaupun masih bisa di rekayasa namun sistem penilaian yang tidak menggunakan sms voting melainkan dengan 100 orang juri vote lock lebih masuk akal dan tidak memberi kesan bahwa acara ini hanya ingin menguras pulsa pemirsa.
Insert siang - Trans TV, setiap hari - pukul.11 siang

Agak sulit juga menonton acara ini karena jam tayangnya. Dan dibandingkan dengan 2 versi yang pagi ataupun sore, insert siang memang beda walaupun isinya tidak berbeda dari acara infotainment lainnya. Adalah komentar host/hostess nya: terkadang lucu, melecehkan, bisa sopan atau bahkan tidak berarti sama sekali tapi menurut saya itulah kekuatan dari insert siang.
Hole in the wall - RCTI, setiap hari - pukul 16.30

Konsepnya terkesan informal karena host bisa membuat peraturan sesuka hati karena dia adalah "raja" yang harus dibuat senang. Ya memang acara ini bukan unggulan RCTI melihat slot iklannya masuk dalam rate card barter. Bagi saya acara ini tetap menarik karena "ringan" dan bisa membuat tertawa.
Snap shot - Metro Tv, selasa - pkl. 19.30

Seperti halnya di wikimu.com kita bisa melihat hal hal aneh yang selama ini menjadi pelanggaran namun bisa jadi sah untuk dilakukan.

Harus diakui menonton acara televisi menjadi lebih mudah dengan adanya TV mobil ataupun HP yang bisa buat nonton acara televisi dengan atau tanpa pulsa. Dan walaupun sistem penggolongan penonton sudah ada tapi tetap saja hal itu masih menjadi hal yang sekadar "himbauan". Adalah kewajiban dari stasiun stasiun TV yang ada agar tetap memberikan sajian yang bukan hanya menghibur tapi dapat memberikan informasi dan menjadi panutan guna perkembangan bangsa ini. Dan juga kewajiban kita untuk memilih apa yang ingin kita tonton.

Apakah yang menjadi favorit anda?

Reality Show Yang 'Improved' Di Layar Kaca

Jika kita amati tayangan reality show di layar kaca Indonesia akhir-akhir ini khususnya reality show berjenis ajang pencarian bakat, akan ditemukan sebuah fenomena menarik. Bagaimana tidak karena tayangan ajang pencarian bakat ternyata memiliki durasi panjang, rata-rata 4 jam, bahkan pernah mencapai 6 jam. Tidak hanya itu, tayangan tersebut bukanlah merupakan acara taping (rekaman), tapi live (langsung) dari studio.

Seperti halnya program "Super Seleb Show" yang kini sedang tayang maupun "Supermama Seleb Show" yang baru saja usai di stasiun televisi Indosiar. Walau durasi tayangnya sangat panjang dan bersifat live dari studio, program reality show Super Seleb Show dan Supermama Seleb Show yang merupakan pengembangan dari show sebelumnya yang juga sangat populer "Mama Mia", ternyata mampu meraih segmen pemirsa sangat banyak di Indonesia, jika bukan nomor satu seperti telah diindikasikan pada peringkat AGB Nielsen.

Harus diakui kesuksesan Mama Mia, Supermama Seleb Show, dan Super Seleb Show itu mampu menaikkan peringkat Indosiar yang beberapa waktu lalu sempat merosot ke titik rendah, kembali ke jajaran lima besar stasiun televisi Indonesia karena kejelian stasiun televisi tersebut dalam menangkap tren reality show pencari bakat sedang booming di Indonesia. Namun semuanya belum menjelaskan bagaimana tayangan live reality show tersebut dari studio Indosiar yang durasinya berjam-jam itu mampu memaku para pemirsa untuk tetap bertahan menyaksikannya.

Memang kesuksesan reality show pencarian bakat itu tidak terlepas dari sifat dasar manusia yang ingin mengidolakan maupun menjadi idola seperti pernah dikatakan oleh Alfathri Adlin, pemerhati masalah budaya dari ITB dan juga karena adanya globalisasi budaya khususnya pop culture (budaya populer) yang melanda dunia termasuk Indonesia. Globalisasi pop culture itu terjadi berkat kemajuan teknologi komunikasi yang bermula sejak abad ke-20 seperti radio, televisi hingga internet. Begitu banyak pengertian tentang pop culture namun secara sederhana dapat didefinisikan sebagai budaya komersial yang disukai, diproduksi secara massa dan diikuti oleh massa pula.

Munculnya pop culture itu tidak bisa dihindarkan lantaran adanya perubahan sosial yang dihasilkan kemajuan industri. Perkenalan masyarakat industri dan pergeseran pola hidup modern tersebut menjadi bagian budaya jam kerja dan waktu libur seperti yang dikemukakan Bimo Nugroho, anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam artikelnya "Menjamu Industri Popularitas 2005" di situs Jurnal.net, menimbulkan sebuah akibat yaitu adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan. Sebagaimana diketahui salah satu kebutuhan mendasar manusia adalah hiburan.

Dengan perkembangan zaman, hiburan yang didapatkan mulai dari pertunjukan budaya seperti teater atau tarian sampai dietmukan teknologi komunikasi yaitu radio dan televisi, bahkan internet dapat menampilkan hiburan yang dibutuhkan dengan segala kemudahannya dan dapat dinikmati secara personal. Kini dengan pesatnya perkembangan hiburan, maka segala macam produk hiburan sekarang lebih mudah didapatkan. Di sinilah para pemilik modal terutama di industri hiburan akan melakukan segala upaya agar hiburan yang ditawarkan mereka digemari masyarakat.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa produk tayangan reality show di televisi sebagai salah satu ekspresi pop culture yang sengaja dirancang industri hiburan agar dapat memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat di dunia ini termasuk Indonesia karena sifat reality show itu bisa mempengaruhi persepsi masyarakat pemirsa acara tersebut bahwa yang disaksikan itu bisa terjadi pada diri mereka. Seperti halnya beraneka ragam ajang pencarian bakat yang banyak bertebaran di televisi tidak hanya bisa menghibur namun juga dipersepsikan oleh masyarakat umum adalah sarana mudah menjadi artis atau idola walau dengan cara lebih instan. Sehingga kebutuhan mengidolakan dan menjadi idola pun bisa terpenuhi.

Nah, Indosiar ternyata telah mempelopori adanya fenomena tayangan acara ajang pencarian bakat yaitu AFI pada tahun 2001 yang lalu diikuti beberapa acara sejenis di stasiun televisi tersebut karena memiliki format reality show yang dikemas sedemikian rupa sehingga disukai masyarakat. Namun dalam perkembangannya, format tersebut ternyata lama kelamaan membuat masyarakat menjadi bosan. Menyadari perubahan selera masyarakat, maka tim produksi Indosiar pun mengemas ulang reality show pencarian bakat di Indosiar seperti yang terjadi pada Mama Mia atau Super Seleb Show.

Ternyata format baru acara-acara tersebut itu lebih menarik dan banyak improvisasi yang lebih segar sehingga sangat disukai masyarakat. Berdasarkan perspektif ilmu komunikasi massa, upaya yang dilakukan Indosiar dalam melakukan perubahan format reality show itu akan dicoba ditelaah dengan paradigma komunikasi massa yang diperkenalkan pakar komunikasi massa dan politik Harold D. Lasswell dari Amerika Serikat yaitu "who says what in which channel to whom with what effect." Memang terjadi simplifikasi jika hanya menggunakan paradigma Lasswell untuk menjelaskan yang dilakukan Indosiar itu, namun setidak-tidaknya dapat memberikan pemahaman sederhana.

Paradigma Lasswell yang pada dasarnya adalah sebuah bentuk model transmisi komunikasi itu memiliki lima unsur utama komunikasi massa. Unsur-unsur tersebut yakni 1. Who, 2. Says What, 3. Which Channel, 4. To Whom dan 5. What Effect. Lima unsur ini dalam model transmisi komunikasi Lasswell akan menunjukkan bagaimana besarnya pengaruh media massa bagi khalayak. Dengan efek yang ditimbulkan, media massa memiliki andil besar dalam membentuk karakter dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, dapat dijelaskan bagaimana transmisi pop culture yang dalam hal ini adalah reality show sebagaimana disebutkan di sini sehingga terbentuk persepsi masyarakat bahwa tidak hanya mendapatkan hiburan namun juga dapat menjadi bagian dari hiburan sendiri.

Unsur pertama paradigma Lasswell, Who yang dalam hal ini adalah komunikator. Dalam Mama Mia, Supermama Seleb Show dan Super Seleb Show, yang berperan sebagai komunikator adalah Eko Patrio, Ruben Onsu sebagai pemandu acara beserta para komentator Hetty Koes Endang, Ivan Gunavan, sederet artis lainnya yang didapuk menjadi komentator. Sebagai komunikator yang juga disebut sumber (source), mereka menyampaikan informasi (Say What) tentang peserta ajang bakat tersebut, seperti informasi siapa peserta (oleh Eko atau Ruben) serta kritik atau pujian oleh para komentator (Hetty, Gunawan) tentang penampilan peserta.

Ternyata unsur Who yaitu Eko, Ruben, Hetty, Ivan Gunawan terpilih sebagai komunikator karena mampu menawarkan keunikan tersendiri. Misalnya Eko atau Ruben sebagai pemandu acara membawa gaya 'ngocol' sehingga tidak hanya pemirsa namun juga peserta dan juri vote lock pun terhibur. Tidak seperti ketika pemandu acara lainnya yang hanya membawakan acara secara standar ala MC konvensional. Para komentator pun terbawa arus mengikuti gaya komedi Eko dan Ruben seperti Ivan tidak segan-segan mencandai peserta atau kru studio televisi yang sedang merekam. Selain komunikasi verbal, Eko dan kawan-kawannya juga tidak segan melakukan komunikasi non verbal seperti goyang tubuh, mendorong, memeluk dan sebagainya sehingga suasana makin menyenangkan dan cair.

Oleh karena itu dalam kaitan unsur kedua Say What, ternyata Eko dkk sebagai komunikator dengan gaya sebagaimana disebutkan di atas mampu menyampaikan segala informasi secara menarik dan lucu sehingga mudah diterima atau dicerna peserta, pemirsa maupun juri vote lock. Tentu saja sebagai unsur pertama dan kedua tidak akan efektif tanpa unsur ketiga, Which Channel yaitu adanya media yang sebagai penyampai pesan/informasi. Dalam hal ini adalah stasiun televisi yang menayangkan reality show tersebut. Dengan sebagai media komunikasi massa, televisi memiliki kemampuan yang sukarditandingi oleh media cetak karena dapat menyajikan segala hal tentang reality show tersebut dalam bentuk audio dan visual kepada para pemirsa yang bertindak sebagai unsur keempat, To Whom.

Indosiar sebagai unsur Which Channel selain kemampuannya yang lebih efektif karena merupakan media televisi, juga memilih jam tayang yang tepat. Yakni pada setelah jam kerja dimana sebagian besar penduduk Indonesia telah berada di rumah. Mereka yang sebagai unsur ke-empat To Whom, sebagaimana adalah bagian dari masyarakat modern (baca: masyarakat industri) biasanya akan membutuhkan hiburan untuk melepaskan kelelahan setelah seharian bekerja di luar rumah. Tidak hanya itu, Indosiar juga dapat memperkirakan bahwa jam tayang reality show Indosiar yang panjang diantara 4 hingga 6 jam (dari pukul 18.00 - 24.30), akan lebih memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat. Tayangan secara langsung atau live dari studio dipilih karena masyarakat pemirsa akan lebih terbawa suasana dan lebih mudah mengidentifikasikan diri dengan acara tersebut secara 'real time'.

Sebagaimana disebutkan di atas, unsur keempat To Whom, mereka adalah pemirsa yang menyaksikan acara reality show di televisi rumah mereka. Dalam hal ini, mereka bertindak sebagai komunikan yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan acara Indosiar tersebut. Para komunikan, tidak hanya menerima informasi atau pesan tentang siapa peserta dan lagu apa yang dinyanyikan peserta dan sebagainya, namun juga mendapatkan pesan bahwa siapapun bisa menjadi artis dunia hiburan, tidak terbatas hanya pada orang-orang tentu saja. Nah, agar memudahkan pemirsa menerima informasi maka apa yang disampaikan Eko dkk sebagai komunikator dibungkus secara komikal dan ringan. Maka pemirsa Indosiar sebagai komunikan tidak hanya menyerap informasi, namun dapat terhibur.

Di sinilah terjadi unsur kelima dan terakhir, What Effect. Para pemirsa sebagai komunikan akan terbentuk persepsinya bahwa mereka jika merasa punya bakat, akan bisa menjadi bagian dari dunia hiburan dengan mengikuti reality show ajang pencarian bakat. Dengan kata lain, para komunikan itu mendapatkan pesan bahwa semakin banyak jalan untuk menjadi idola dan semakin mudah. Pada dasarnya pembentukan persepsi yang disebutkan di atas adalah efek yang terjadi oleh tayangan-tayangan reality show pencarian bakat, namun juga memperlihatkan bahwa terjadinya pergeseran tata sosial masyarakat Indonesia yang tadinya agraris menuju ke masyarakat modern (baca: masyarakat industri) sehingga muncul kebutuhan akan segala bentuk hiburan.

Lantaran adanya pergeseran tata sosial masyarakat Indonesia, maka beragam bentuk hiburan yang sebagiannya tidak bisa dihindari berasal dari dunia Barat terutama pop culture (budaya pop) karena kemajuan teknologi komunikasi sehingga lebih mudah diterima masyarakat sekarang daripada ketika beberapa dekade lalu. Jangan lupa reality show yang ditayangkan Indosiar atau stasiun televisi Indonesia adalah adaptasi dari acara-acara sejenis dari Amerika atau Eropa. Oleh karena itu, dapat dikatakan melalui reality show itu, terjadi sebuah bentuk transmisi kebudayaan yang dalam hal ini adalah budaya pop yang kemudian diterima oleh masyarakat kita.

Berdasarkan paradigma Lasswell yang dibahas di atas ini, kita akan mendapatkan gambaran bagaimana reality show seperti Mama Mia, Supermama Seleb Show, Super Seleb Show hingga AFI Junior 2008 akan memiliki dampak bagi masyarakat Indonesia karena tidak hanya menghibur namun juga dapat berperan sebagai transmisi budaya khususnya budaya populer sehingga terjadinya bergesernya nilai, norma budaya masyarakat yang lama menjadi baru. Dalam hal ini adalah munculnya tren untuk menjadi artis secara instan atau dadakan melalui berbagai ajang bakat di televisi.

Selain itu juga terlihat bagaimana pergeseran norma budaya itu membuat masyarakat Indonesia makin membutuhkan hiburan yang beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Sehingga Indosiar sebagai produsen hiburan (media penyedia) harus melakukan improvisasi terhadap acara-acara unggulannya seperti Super Seleb Show dengan memperbanyak jam tayang dan menambahkan unsur komedi dalam acara tersebut demi memperluas segmen pemirsa di Indonesia di tengah persaingan sengit dengan stasiun-stasiun televisi saingannya. Dengan demikian Indosiar dapat memperkokoh posisinya sebagai salah satu media hiburan teratas di Indon

Serunya Dibalik Layar KCB

Ketika Cinta Bertasbih adalah novel ke enam karya Habiburrahman El Shirazy. Karya Shirazy sebelumnya yang berjudul Ayat-ayat Cinta, juga pernah diangkat ke layar lebar. Kali ini rumah produksi Sinemart dipercaya mengubah karya Shirazy berikutnya menjadi gambar bergerak.

Adalah seorang lelaki bernama Azzam, diperankan pendatang baru M. Cholidi. la seorang mahasiswa yang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Namun sejak ayahnya meninggal, ia harus menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya di Solo, Jawa Tengah. Untuk itu ia mulai berdagang bakso dan tempe di Kairo. Tak disangka, pekerjaan itu membawanya ke kalangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Mesir. la pun berkenalan dengan Eliana, diperankan oleh Alice Norin, puteri sang duta besar. Dari situ kisah mulai bergulir.

Sejak Desember 2008 sampai Februari 2009 pengambilan gambar dilakukan di Kairo, Mesir. Mulai dari KBRI, Sungai Nil, sampai Universitas Al-Azhar yang selama ini melarang pengambilan gambar untuk maksud apapun. Mulai Maret 2009, pengambilan gambar dilakukan di Magelang, Jawa Tengah.

Untuk melihat langsung suasana syuting KCB, Minggu, 22 Maret lalu Sekar terbang ke Yogyakarta. Kami dijadwalkan bertemu para pemain dan sutradara keesokan harinya di suatu desa tak jauh dari situs Candi Mendut, Magelang.

Di sana rombongan bertemu dengan sutradara Chairul Umam, M. Cholidi, Meyda Safira, dan Niniek L Karim yang berperan sebagai Malikatun, ibunda Azzam. Ketika kami datang, rumah sederhana milik penduduk setempat itu, telah dipenuhi dengan peralatan film dan lampu-lampu besar.

Sekar bertemu Cholidi, si ganteng pemeran Azzam. Menurut Cholidi, berakting di Indonesia tantangannya lebih berat dari-pada di Kairo. "Waktu di Kairo tidak banyak pemain senior. Saya canggung, apalagi ketika bertemu Ibu Niniek," kata Cholidi menunjuk aktris senior Niniek L. Karim.

Lain hal bagi Meyda Safira. Tantangan terberatnya adalah bagaimana cara mempertahankan citra sebagai perempuan muslim yang baik setelah ia terkenal nanti. "Jika saya ditawari main (film) lagi, insya Allah saya akan memilih film yang tidak bertentangan gaya hidup saya sehari-hari," jelas gadis cantik berjilbab ini.

Bagaimana hasil kerja keras para bintang dan kru film ini? Saksikan 11 Juni 2009 di bioskop pilihan Anda. Jangan lupa, ajak suami, anak dan anggota keluarga lainnya.

RESENSI FILM CHUY....

'17 AGAIN', Kembali Menjadi Muda Tak Selalu Mengatasi Masalah
Pemain: Matthew Perry, Zac Efron, Leslie Mann, Thomas Lennon, Michelle Trachtenberg, Brian Doyle-Murray


Bagaimana jadinya bila Anda yang berusia tiga puluhan tiba-tiba saja kembali menjadi remaja berusia tujuh belas tahun dan harus berjuang mati-matian menyesuaikan diri dengan lingkungan yang telah banyak berubah. Itulah yang terjadi pada Mike O'Donnell (Zac Efron).
Ketika masih di SMA, Mike adalah seorang remaja dengan masa depan cemerlang. Mike adalah atlet sukses dan mendapat bea siswa untuk melanjutkan pendidikan ke universitas terkenal. Sayangnya, di saat yang sama, Scarlett (Leslie Mann) hamil dan Mike harus segera membuat keputusan besar.
Yakin bahwa hidupnya akan bahagia bersama Scarlett, Mike kemudian memutuskan untuk menikahi Scarlett dan meninggalkan semua yang bisa ia miliki saat itu. Dua puluh tahun kemudian, Mike mulai meragukan pilihan yang ia buat saat itu. Rumah tangganya mulai berantakan dan ia memilih tinggal bersama Ned Freedman (Thomas Lennon) teman baiknya.
Suatu hari, ketika Mike sedang berusaha menolong seorang pria yang akan bunuh diri, tiba-tiba saja Mike mendapati dirinya berubah menjadi dirinya ketika berusia tujuh belas tahun. Bingung dan tak tau harus berbuat apa, ia kemudian meminta bantuan Ned yang untungnya bisa menerima kejadian aneh ini.
Ned kemudian berpura-pura menjadi ayah Mike dan mendaftarkan Mike ke sebuah SMA. Kini Mike harus mulai beradaptasi dengan lingkungan yang sama sekali baru. Parahnya lagi, ia ternyata harus berada di satu sekolah dengan Maggie (Michelle Trachtenberg), putrinya.
Ide mengulang masa lalu memang selalu menjadi ide yang menarik. Bukan apa, hampir semua orang pasti punya penyesalan dan ingin mengulang saat ia membuat kesalahan dan memperbaikinya. Itu memang solusi yang selalu terbayang saat menghadapi masalah berat. Itu juga yang membuat banyak orang film yang mencoba menuangkan ide ini ke dalam bentuk film. Tak sedikit film bertema ini yang sudah diproduksi sampai-sampai ide ini jadi tak menarik lagi.
Dan sepertinya Burr Steers, sang sutradara, juga tak bisa lepas dari pakem cerita soal mengulang masa lalu ini. Memang ada pesan yang disampaikan namun rasanya sudah basi untuk diulang-ulang lagi. THE BUTTERFLY EFFECT sempat membuat pencerahan dalam genre yang satu ini tapi itupun tak bertahan lama karena saat dibuat sekuelnya, ide itu jadi tak menarik lagi.
17 AGAIN ini bisa disebut versi ringan dari film-film yang mengusung tema serupa. Malahan bisa dibilang, film ini hanya dibuat untuk 'mengekspos' Zac Efron yang bisa dipastikan bakal menyedot banyak pengunjung gedung bioskop. Akting para pemeran biasa-biasa saja sementara alur cerita juga tak terlalu menarik. Akhirnya, yang tertinggal hanyalah 100 menit hiburan yang tak membebani otak. (kpl/roc)

Menkominfo Tak Akan Batasi Tayangan TV

Menteri Komunikasi dan Informatika Prof Muh. Nuh DEA menegaskan, pemerintah tidak akan membatasi pemberitaan media apapun, termasuk tayangan televisi yang jauh dari kata mendidik yang akhir-akhir ini marak dan dikeluhkan oleh para orang tua.
"Pemerintah tidak akan membatasi tayangan televisi, tetapi isi dari sajian atau tayangan itu yang harus dikaji dan disoroti serta harus mencakup empat aspek penting bagi perkembangan masyarakat terutama anak-anak," katanya usai membuka Seminar Nasional dan "Training Of Trainer" (TOT) "Gerakan Melek Media Menuju Keluarga Sakinah" di Unmuh Malang, Minggu.
Menurut dia, empat aspek yang harus diterapkan oleh media, baik cetak maupun elektronik dalam menyampaikan informasinya adalah yang mengandung unsur pendidikan, pemberdayaan, pencerahan dan memperkuat basis nasionalisme.
Ia mengakui, dalam program penyiaran atau penyampaian informasi terutama yang berkaitan dengan media elektronik, sudah ada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan di daerah juga ada KPID serta lembaga agama seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Oleh karena itu, lembaga-lembaga tersebut harus diefektifkan untuk meminimalisir dampak negatif sebuah tayangan.
Selain mengefektifkan lembaga-lembaga yang punya kewenangan seperti KPI (KPID), katanya, pemerintah juga mendorong berbagai pihak termasuk keluarga sebagai "information provider" bukan sebagai "customer".
Kalau ada yang bilang media televisi atau handphone (HP) itu jelek, kata mantan Rektor ITS itu, itu salah. Yang jelek itu bukan medianya (TV atau HP), tetapi isinya yang jelek dan harus diubah, agar tidak membentuk opini-opini negatif di kalangan masyarakat.
Ia mencontohkan, tayangan TV atau pemberitaan media yang terus menerus menonjolkan kondisi bangsa sedang krisis dan kritis akan membentuk opini masyarakat yang menakutkan, sehingga masyarakat panik dan tidak terkendali.
"Peran media ini sangat penting, sehingga kami (Kominfo) memberi garis dan rambu-rambu dengan empat aspek penting tersebut. Namun bukan berarti pemerintah ingin memberikan batasan informasi bagi media," katanya menegaskan.

Sinetron Mulai Tergeser Reality Show

Sebagai sebuah tayangan hiburan, sinetron dianggap masih memiliki daya tarik yang kuat di mata penonton. Namun fenomena demikian kiranya mulai terhapus dengan maraknya tayangan reality show belakangan ini. Bahkan dapat mencapai rating tinggi. Tahun lalu, reality show yang cukup menyita perhatian masyarakat seperti "Konser Dangdut Indonesia", "Mamamia", "Supermama Seleb Show", "Indonesia Idol", "Stardut", dan lain-lain. AC Nielsen pun mencatat pada minggu ke 0752 reality show "Supermama Seleb Show" berhasil menembus peringkat pertama dengan rating 9,2% dan share 30,4%. Sedangkan "Stardut" yang juga disiarkan Indosiar, memperoleh rating 7,5% dan share 29,3%. Sementara "Dangdut Mania" TPI mendapat rating 3,4% share 10,3%.
Angka tersebut cukup mengejutkan mengingat program "Stardut" dan "Mamamia" merupakan terobosan baru yang tak hanya menghibur namun pula bermuatan pendidikan, di mana peran orang tua sangat kuat dalam mensukseskan karier anak. Demikian juga dengan si anak yang semestinya hormat, patuh, serta menghargai usaha orang tuanya.
Reality show "Supermama Seleb Show" sendiri cukup menghibur. Bukan lantaran pesertanya dari kalangan selebriti tapi kemasan acaranya cukup menarik. Ditambah dengan celotehan dua pembaca acara, Eko Patrio dan Ruben Onsu. Sehingga para komentator seperti Ivan Gunawan, Hetty Koes Endang plus komentator tamu menambah semaraknya acara tersebut. Demikian keterangan yang diterima Kapanlagi.com belum lama ini dari Indosiar.

Jenis-Jenis Film

Film Dokumenter (Documentary Films)
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas (Susan Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996, hal 72). Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film documenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuantujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak hanya itu, filmdokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan saluran televisi Discovery Channel pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program documenter tentang keragaman alam dan budaya.
Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan luar negeri. Sampai akhir penyelenggaraannya tahun 1992, Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjurian jenis film dokumenter. Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori oleh stasiun televisi pertama kita, Televisi Republik Indonesia (TVRI). Beragam film documenter tentang kebudayaan, flora dan fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era televisi swasta tahun 1990, pembuatan film dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta menayangkan program film dokumenter, baik produksi sendiri maupun membelinya dari sejumlah rumah produksi. Salah satu gaya film dokumenter yang banyak dikenal orang, salah satunya karena ditayangkan secara serentak oleh lima stasiun swasta dan TVRI adalah Anak Seribu Pulau (Miles Production, 1995). Dokudrama ini ternyata disukai oleh banyak kalangan sehingga sekitar enam tahun kemudian program yang hampir sama dengan judul Pustaka Anak Nusantara (Yayasan SET, 2001) diproduksi untuk konsumsi televisi. Dokudrama juga mengilhami para pembuat film di Hollywood. Beberapa film terkenal juga mengambil gaya dokudrama seperti JFK (tentang presiden Kenedy), Malcom X, dan Schindler’s List.

Film Cerita Pendek (Short Films)
Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.

Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)
Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.

Profil Perusahaan (Corporate Profile)
Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misal tayangan “Usaha Anda” di SCTV. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi atau promosi.

Iklan Televisi (TV Commercial)
Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk(iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan secara eksplisit, artinya ada stimulus audio-visual yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan produk secara implisit.

Program Televisi (TV Programme)
Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan noncerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni fiksi dan nonfiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film televisi/FTV (populer lewat saluran televisi SCTV) dan film cerita pendek. Kelompok nonfiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, TV quis, talkshow, dan liputan berita (news).

Video Klip (Music Video)
Video klip adalah sarana bagi produser music untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai bisnis yang mengiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core busines) mereka. Di Indonesia tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahun.

Type of Shot

1. Big Close Up atau Extreme close up
Ukuran close up dengan framing lebih memusat / detail pada salah satu bagian tubuh
atau aksi yang mendukung informasi peristiwa jalinan alur cerita.
2. Close Up
Framing pengambilan gambar, dimana kamera berada dekat atau terlihat dekat dengan
subyek, sehingga gambar yang dihasilkan subyek memenuhi ruang frame. disebut juga
dengan close shot.
3. Medium Close Up
Pengambilan gambar dengan komposisi framing subyek lebih jauh dari close up namun
lebih dekat dari medium shot.
4. Medium shot
merekam gambar subyek kurang lebih setengah badan. Pengambilan gambar dengan
medium shot biasanya digunakan kombinasi dengan follow shot terhadap subyek
bergerak. hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan detil subyek dan sedikit
memberi ruang pandanh subyek-nose room.
5. Medium Full Shot
Memberi batasan framing tokoh sampai 3/4 ukuran tubuh.
6. Full shot
pengambilan gambar dengan subyek secara utuh dari kepala sampe kaki
7. Medium Long shot
framing camera dengan mengikutsertakan setting, sebagai pendukung suasana.
8. Long shot
Type of shot dengan ukuran framing diantara MLS dan ELS

Cara Pinter Bikin Film Dokumenter

Membuat film bukanlah suata hal yang sulit. Jika kita ingin membuat film, maka kita harus lebih dulu tahu pengertian film dan jenis apa yang akan kita buat. Cara membuat film dokumenter yang ditulis oleh Fajar Nugroho dalam bukunya ini dapat membimbing kita dalam proses pembuatan film dokumenter. Kurangnya minat masyarakat kita terhadap film dokumenter karena film dokumenter dahulunya mengunakan topik yang kaku dan tidak menghibur penonton.


Dalam membuat film dokumenter yang kita rekam harus berdasarakan fakta yang ada. Jadi film dokumenter adalah suata film yang mengandung fakta dan subjektivitas pembuatnya. Artinya apa yang kita rekam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga memasukkan pemikiran-pemikiran kita.

Dalam membuat film dokumenter ada langkah-langkah dan kiat bagaimana film yag kita produksi disenangi oleh penonton dan tidak memakan biaya yang besar saat memproduksinya.. Langkah yang harus kita tempuh dalam membuat film dokumenter adalah pertama, menentukan ide. Ide dalam membuat film dokumenter tidaklah harus pergi jauh-jauh dan memusingkan karena ide ini bisa timbul dimana saja seperti di sekeliling kita, di pinggir jalan, dan kadang ide yang kita anggap biasa ini yang menjadi sebuah ide yang menarik dan bagus diproduksi. Jadi mulailah kita untuk bepfikir supaya peka terhadap kejadian yang terjadi.

Kedua, menuliskan film statement. Film statement yaitu penulisan ide yang sudah ke kertas, sebagai panduan kita dilapangan saat pengambilan Angel. Jadi pada langkah kedua ini kita harus menyelesaikan skenario film dan memperbanyak referensi sehingga film yang kita buat telah kita kuasai seluk-beluknya.

Ketiga, membuat treatment atau outline. Outline disebut juga script dalam bahasa teknisnya. Script adalah cerita rekaan tentang film yang kita buat. script juga suatu gambar kerja keseluruhan kita dalam memproduksi film, jadi kerja kita akan lebih terarah. Ada beberapa fungsi script. Pertama script adalah alat struktural dan organizing yang dapat dijadikan referensi dan guide bagi semua orang yang terlibat. Jadi, dengan script kamu dapat mengkomunikasikan ide film ke seluruh crew produksi. Oleh karena itu script harus jelas dan imajinatif. Kedua, script penting untuk kerja kameramen karena dengan membaca script kameramen akan menangkap mood peristiwa ataupun masalah teknis yang berhubungan dengan kerjanya kameramen. Ketiga, script juga menjadi dasar kerja bagian produksi, karena dengan membaca script dapat diketahui kebutuhan dan yang kita butuhkan untuk memproduksi film. Keempat, script juga menjadi guide bagi editor karena dengan script kita bisa memperlihatkan struktur flim kita yang kita buat. Kelima, dengan script kita akan tahu siapa saja yang akan kita wawancarai dan kita butuhkan sebagai narasumber.

Keempat, mencatat shooting. Dalam langkah keempat ini ada dua yang harus kita catat yaitu shooting list dan shooting schedule. Shooting list yaitu catatan yang berisi perkiraan apa saja gambar yang dibutuhkan untuk flim yang kita buat. jadi saat merekam kita tidak akan membuang pita kaset dengan gambar yang tidak bermanfaat untuk film kita. Sedangkan shooting schedule adalah mencatat atau merencanakan terlebih dahulu jadwal shooting yang akan kita lakukan dalam pembuatan film.

Kelima, editing script. Langkah kelima ini sangat penting dalam pembuatan film. Biasa orang menyebutnya dengan pasca produksi dan ada juga yang bilang film ini terjadinya di meja editor. Dalam melakukan pengeditan kita harus menyiapkan tiga hal adalah menbuat transkip wawancara, membuat logging gambar, dan membuat editing script. Dalam membuat transkipsi wawancara kita harus menuliskan secara mendetail dan terperinci data wawancara kita dengan subjek dengan jelas.

Membuat logging gambar ini maksudnya, membuat daftar gambar dari kaset hasil shuuting dengan detail, mencatat team code-nya serta di kaset berapa gambar itu ada. Terakhir ini merupakan tugas filmmaker yang membutuhkan kesabaran karena membuat editing scrip ini kita harus mempreview kembali hasil rekaman kita tadi ditelevisi supaya dapat melihat hasil gambar yang kita ambil tadi dengan jelas. Dengan begitu kita akan mebuat sebuah gabungan dari Outline atau cerita rekaan menjadi sebuah kenyataan yang dapat menjadi petunjuk bagi editor.

Dengan meneyelesaikan langkah di atas maka kita mecoba mencari sponsor untuk memutar film di khalayak umum. Jika sudah ada maka anda siap-siap jadi orang terkenal. Jadi sekarang tunggu apalagi bagi filmmaker pemula mulailah tunjukan bahwa karya kamu dapat dinikmati dan menarik untuk di tonton oleh semua kalangan.