BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 15 Juni 2009

Reality Show Yang 'Improved' Di Layar Kaca

Jika kita amati tayangan reality show di layar kaca Indonesia akhir-akhir ini khususnya reality show berjenis ajang pencarian bakat, akan ditemukan sebuah fenomena menarik. Bagaimana tidak karena tayangan ajang pencarian bakat ternyata memiliki durasi panjang, rata-rata 4 jam, bahkan pernah mencapai 6 jam. Tidak hanya itu, tayangan tersebut bukanlah merupakan acara taping (rekaman), tapi live (langsung) dari studio.

Seperti halnya program "Super Seleb Show" yang kini sedang tayang maupun "Supermama Seleb Show" yang baru saja usai di stasiun televisi Indosiar. Walau durasi tayangnya sangat panjang dan bersifat live dari studio, program reality show Super Seleb Show dan Supermama Seleb Show yang merupakan pengembangan dari show sebelumnya yang juga sangat populer "Mama Mia", ternyata mampu meraih segmen pemirsa sangat banyak di Indonesia, jika bukan nomor satu seperti telah diindikasikan pada peringkat AGB Nielsen.

Harus diakui kesuksesan Mama Mia, Supermama Seleb Show, dan Super Seleb Show itu mampu menaikkan peringkat Indosiar yang beberapa waktu lalu sempat merosot ke titik rendah, kembali ke jajaran lima besar stasiun televisi Indonesia karena kejelian stasiun televisi tersebut dalam menangkap tren reality show pencari bakat sedang booming di Indonesia. Namun semuanya belum menjelaskan bagaimana tayangan live reality show tersebut dari studio Indosiar yang durasinya berjam-jam itu mampu memaku para pemirsa untuk tetap bertahan menyaksikannya.

Memang kesuksesan reality show pencarian bakat itu tidak terlepas dari sifat dasar manusia yang ingin mengidolakan maupun menjadi idola seperti pernah dikatakan oleh Alfathri Adlin, pemerhati masalah budaya dari ITB dan juga karena adanya globalisasi budaya khususnya pop culture (budaya populer) yang melanda dunia termasuk Indonesia. Globalisasi pop culture itu terjadi berkat kemajuan teknologi komunikasi yang bermula sejak abad ke-20 seperti radio, televisi hingga internet. Begitu banyak pengertian tentang pop culture namun secara sederhana dapat didefinisikan sebagai budaya komersial yang disukai, diproduksi secara massa dan diikuti oleh massa pula.

Munculnya pop culture itu tidak bisa dihindarkan lantaran adanya perubahan sosial yang dihasilkan kemajuan industri. Perkenalan masyarakat industri dan pergeseran pola hidup modern tersebut menjadi bagian budaya jam kerja dan waktu libur seperti yang dikemukakan Bimo Nugroho, anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam artikelnya "Menjamu Industri Popularitas 2005" di situs Jurnal.net, menimbulkan sebuah akibat yaitu adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan. Sebagaimana diketahui salah satu kebutuhan mendasar manusia adalah hiburan.

Dengan perkembangan zaman, hiburan yang didapatkan mulai dari pertunjukan budaya seperti teater atau tarian sampai dietmukan teknologi komunikasi yaitu radio dan televisi, bahkan internet dapat menampilkan hiburan yang dibutuhkan dengan segala kemudahannya dan dapat dinikmati secara personal. Kini dengan pesatnya perkembangan hiburan, maka segala macam produk hiburan sekarang lebih mudah didapatkan. Di sinilah para pemilik modal terutama di industri hiburan akan melakukan segala upaya agar hiburan yang ditawarkan mereka digemari masyarakat.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa produk tayangan reality show di televisi sebagai salah satu ekspresi pop culture yang sengaja dirancang industri hiburan agar dapat memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat di dunia ini termasuk Indonesia karena sifat reality show itu bisa mempengaruhi persepsi masyarakat pemirsa acara tersebut bahwa yang disaksikan itu bisa terjadi pada diri mereka. Seperti halnya beraneka ragam ajang pencarian bakat yang banyak bertebaran di televisi tidak hanya bisa menghibur namun juga dipersepsikan oleh masyarakat umum adalah sarana mudah menjadi artis atau idola walau dengan cara lebih instan. Sehingga kebutuhan mengidolakan dan menjadi idola pun bisa terpenuhi.

Nah, Indosiar ternyata telah mempelopori adanya fenomena tayangan acara ajang pencarian bakat yaitu AFI pada tahun 2001 yang lalu diikuti beberapa acara sejenis di stasiun televisi tersebut karena memiliki format reality show yang dikemas sedemikian rupa sehingga disukai masyarakat. Namun dalam perkembangannya, format tersebut ternyata lama kelamaan membuat masyarakat menjadi bosan. Menyadari perubahan selera masyarakat, maka tim produksi Indosiar pun mengemas ulang reality show pencarian bakat di Indosiar seperti yang terjadi pada Mama Mia atau Super Seleb Show.

Ternyata format baru acara-acara tersebut itu lebih menarik dan banyak improvisasi yang lebih segar sehingga sangat disukai masyarakat. Berdasarkan perspektif ilmu komunikasi massa, upaya yang dilakukan Indosiar dalam melakukan perubahan format reality show itu akan dicoba ditelaah dengan paradigma komunikasi massa yang diperkenalkan pakar komunikasi massa dan politik Harold D. Lasswell dari Amerika Serikat yaitu "who says what in which channel to whom with what effect." Memang terjadi simplifikasi jika hanya menggunakan paradigma Lasswell untuk menjelaskan yang dilakukan Indosiar itu, namun setidak-tidaknya dapat memberikan pemahaman sederhana.

Paradigma Lasswell yang pada dasarnya adalah sebuah bentuk model transmisi komunikasi itu memiliki lima unsur utama komunikasi massa. Unsur-unsur tersebut yakni 1. Who, 2. Says What, 3. Which Channel, 4. To Whom dan 5. What Effect. Lima unsur ini dalam model transmisi komunikasi Lasswell akan menunjukkan bagaimana besarnya pengaruh media massa bagi khalayak. Dengan efek yang ditimbulkan, media massa memiliki andil besar dalam membentuk karakter dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, dapat dijelaskan bagaimana transmisi pop culture yang dalam hal ini adalah reality show sebagaimana disebutkan di sini sehingga terbentuk persepsi masyarakat bahwa tidak hanya mendapatkan hiburan namun juga dapat menjadi bagian dari hiburan sendiri.

Unsur pertama paradigma Lasswell, Who yang dalam hal ini adalah komunikator. Dalam Mama Mia, Supermama Seleb Show dan Super Seleb Show, yang berperan sebagai komunikator adalah Eko Patrio, Ruben Onsu sebagai pemandu acara beserta para komentator Hetty Koes Endang, Ivan Gunavan, sederet artis lainnya yang didapuk menjadi komentator. Sebagai komunikator yang juga disebut sumber (source), mereka menyampaikan informasi (Say What) tentang peserta ajang bakat tersebut, seperti informasi siapa peserta (oleh Eko atau Ruben) serta kritik atau pujian oleh para komentator (Hetty, Gunawan) tentang penampilan peserta.

Ternyata unsur Who yaitu Eko, Ruben, Hetty, Ivan Gunawan terpilih sebagai komunikator karena mampu menawarkan keunikan tersendiri. Misalnya Eko atau Ruben sebagai pemandu acara membawa gaya 'ngocol' sehingga tidak hanya pemirsa namun juga peserta dan juri vote lock pun terhibur. Tidak seperti ketika pemandu acara lainnya yang hanya membawakan acara secara standar ala MC konvensional. Para komentator pun terbawa arus mengikuti gaya komedi Eko dan Ruben seperti Ivan tidak segan-segan mencandai peserta atau kru studio televisi yang sedang merekam. Selain komunikasi verbal, Eko dan kawan-kawannya juga tidak segan melakukan komunikasi non verbal seperti goyang tubuh, mendorong, memeluk dan sebagainya sehingga suasana makin menyenangkan dan cair.

Oleh karena itu dalam kaitan unsur kedua Say What, ternyata Eko dkk sebagai komunikator dengan gaya sebagaimana disebutkan di atas mampu menyampaikan segala informasi secara menarik dan lucu sehingga mudah diterima atau dicerna peserta, pemirsa maupun juri vote lock. Tentu saja sebagai unsur pertama dan kedua tidak akan efektif tanpa unsur ketiga, Which Channel yaitu adanya media yang sebagai penyampai pesan/informasi. Dalam hal ini adalah stasiun televisi yang menayangkan reality show tersebut. Dengan sebagai media komunikasi massa, televisi memiliki kemampuan yang sukarditandingi oleh media cetak karena dapat menyajikan segala hal tentang reality show tersebut dalam bentuk audio dan visual kepada para pemirsa yang bertindak sebagai unsur keempat, To Whom.

Indosiar sebagai unsur Which Channel selain kemampuannya yang lebih efektif karena merupakan media televisi, juga memilih jam tayang yang tepat. Yakni pada setelah jam kerja dimana sebagian besar penduduk Indonesia telah berada di rumah. Mereka yang sebagai unsur ke-empat To Whom, sebagaimana adalah bagian dari masyarakat modern (baca: masyarakat industri) biasanya akan membutuhkan hiburan untuk melepaskan kelelahan setelah seharian bekerja di luar rumah. Tidak hanya itu, Indosiar juga dapat memperkirakan bahwa jam tayang reality show Indosiar yang panjang diantara 4 hingga 6 jam (dari pukul 18.00 - 24.30), akan lebih memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat. Tayangan secara langsung atau live dari studio dipilih karena masyarakat pemirsa akan lebih terbawa suasana dan lebih mudah mengidentifikasikan diri dengan acara tersebut secara 'real time'.

Sebagaimana disebutkan di atas, unsur keempat To Whom, mereka adalah pemirsa yang menyaksikan acara reality show di televisi rumah mereka. Dalam hal ini, mereka bertindak sebagai komunikan yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan acara Indosiar tersebut. Para komunikan, tidak hanya menerima informasi atau pesan tentang siapa peserta dan lagu apa yang dinyanyikan peserta dan sebagainya, namun juga mendapatkan pesan bahwa siapapun bisa menjadi artis dunia hiburan, tidak terbatas hanya pada orang-orang tentu saja. Nah, agar memudahkan pemirsa menerima informasi maka apa yang disampaikan Eko dkk sebagai komunikator dibungkus secara komikal dan ringan. Maka pemirsa Indosiar sebagai komunikan tidak hanya menyerap informasi, namun dapat terhibur.

Di sinilah terjadi unsur kelima dan terakhir, What Effect. Para pemirsa sebagai komunikan akan terbentuk persepsinya bahwa mereka jika merasa punya bakat, akan bisa menjadi bagian dari dunia hiburan dengan mengikuti reality show ajang pencarian bakat. Dengan kata lain, para komunikan itu mendapatkan pesan bahwa semakin banyak jalan untuk menjadi idola dan semakin mudah. Pada dasarnya pembentukan persepsi yang disebutkan di atas adalah efek yang terjadi oleh tayangan-tayangan reality show pencarian bakat, namun juga memperlihatkan bahwa terjadinya pergeseran tata sosial masyarakat Indonesia yang tadinya agraris menuju ke masyarakat modern (baca: masyarakat industri) sehingga muncul kebutuhan akan segala bentuk hiburan.

Lantaran adanya pergeseran tata sosial masyarakat Indonesia, maka beragam bentuk hiburan yang sebagiannya tidak bisa dihindari berasal dari dunia Barat terutama pop culture (budaya pop) karena kemajuan teknologi komunikasi sehingga lebih mudah diterima masyarakat sekarang daripada ketika beberapa dekade lalu. Jangan lupa reality show yang ditayangkan Indosiar atau stasiun televisi Indonesia adalah adaptasi dari acara-acara sejenis dari Amerika atau Eropa. Oleh karena itu, dapat dikatakan melalui reality show itu, terjadi sebuah bentuk transmisi kebudayaan yang dalam hal ini adalah budaya pop yang kemudian diterima oleh masyarakat kita.

Berdasarkan paradigma Lasswell yang dibahas di atas ini, kita akan mendapatkan gambaran bagaimana reality show seperti Mama Mia, Supermama Seleb Show, Super Seleb Show hingga AFI Junior 2008 akan memiliki dampak bagi masyarakat Indonesia karena tidak hanya menghibur namun juga dapat berperan sebagai transmisi budaya khususnya budaya populer sehingga terjadinya bergesernya nilai, norma budaya masyarakat yang lama menjadi baru. Dalam hal ini adalah munculnya tren untuk menjadi artis secara instan atau dadakan melalui berbagai ajang bakat di televisi.

Selain itu juga terlihat bagaimana pergeseran norma budaya itu membuat masyarakat Indonesia makin membutuhkan hiburan yang beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Sehingga Indosiar sebagai produsen hiburan (media penyedia) harus melakukan improvisasi terhadap acara-acara unggulannya seperti Super Seleb Show dengan memperbanyak jam tayang dan menambahkan unsur komedi dalam acara tersebut demi memperluas segmen pemirsa di Indonesia di tengah persaingan sengit dengan stasiun-stasiun televisi saingannya. Dengan demikian Indosiar dapat memperkokoh posisinya sebagai salah satu media hiburan teratas di Indon

1 komentar:

DUNIA PENUH KOMA mengatakan...

hahha
kal bahas soal reality show bak tai ayam d indo tuh....
pengen ngakak aja bawanna.
kalo acara tv aja bisa d karang tapi orang indo2 gak sadar d boongin dengan terus lead acaran,, mau d apaen lagi ni bangsa!!!?